Minggu, 25 April 2010

Kematian Yang Tragis

Lukas 13:1-9

13:1 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.
13:2 Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?
13:3 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.
13:4 Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?
13:5 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."
13:6 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
13:7 Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!
13:8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,
13:9 mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"

Bacaan FT : Lukas 13:1-9

Ayat Mas : Lukas 13:4

Sebuah pesawat terbang jatuh di laut dan menenggelamkan semua penumpangnya.

Sebuah mobil berpenumpang terjun dari atas tempat parkir bertingkat di mal. Seorang pejalan kaki tewas tertimpa papan reklame. Yang lain mati tersambar petir.

Ketika melihat orang meninggal dengan cara tragis, terkadang muncul pertanyaan: “Apa dosa mereka, hingga mesti mati dengan cara demikian?” Orang kerap menuduh hal itu terjadi karena ada “dosa besar” yang telah dilakukan sang korban. Pandangan semacam itu sudah muncul sejak zaman Yesus.

Suatu hari, delapan belas pekerja bangunan mati tertimpa menara Siloam yang baru mereka bangun. Menara ini adalah proyek pemerintah Romawi, sang penjajah.

Maka, orang pun berkata, “Itulah hukuman bagi mereka yang mau bekerja sama dengan penjajah!” Mereka mengira, jika Allah membiarkan seseorang mati secara tragis, pasti ada yang tidak beres dalam hidupnya. Ada “dosa serius”.

Namun, Yesus membantah pandangan ini. “Dosa mereka tidak lebih besar dari dosamu,” kata-Nya. Kita tak boleh menilai layak tidaknya seseorang di mata Tuhan dari cara matinya, tetapi dari cara hidupnya.

Sudahkah ada buah pertobatan? Orang yang matinya “terhormat” pun bisa kualat jika seumur hidup tidak bertobat. Sudahkah kita memiliki buah pertobatan? Apakah tingkah laku kita saat ini sudah lebih baik dibanding dengan tahun-tahun lalu? Apakah kita sudah menjadi lebih sabar dan mampu menyangkal diri? Hidup beriman yang tidak menghasilkan perubahan adalah kehidupan yang tragis.

Ini jauh lebih parah dan berbahaya daripada sebuah kematian yang tragis. Maka, hasilkanlah buah pertobatan.

YANG PENTING BUKAN CARA KITA MATI MELAINKAN CARA KITA HIDUP

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Juswantori Ichwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar