Rabu, 24 November 2010

Sentuhan Kasih

Kolose 4:10-18

4:10 Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan Barnabas--tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia, apabila dia datang kepadamu--

4:11 dan dari Yesus, yang dinamai Yustus. Hanya ketiga orang ini dari antara mereka yang bersunat yang menjadi temanku sekerja untuk Kerajaan Allah; mereka itu telah menjadi penghibur bagiku.

4:12 Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah.

4:13 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang dia, bahwa ia sangat bersusah payah untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan Hierapolis.

4:14 Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.

4:15 Sampaikan salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia; juga kepada Nimfa dan jemaat yang ada di rumahnya.

4:16 Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah, supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia dibacakan juga kepadamu.

4:17 Dan sampaikanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya.

4:18 Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karunia menyertai kam

Bacaan FT : Kolose 4:10-18

Ayat Mas : Kolose 4:18


Dulu, setiap Natal tiba, orang Inggris suka mengirim surat pendek berisi ucapan Natal di atas kartu kosong. Lama-kelamaan cara ini dianggap tidak praktis. Tahun 1843, Sir Henry Cole mencetak kartu bergambar disertai ucapan selamat, sehingga ia tinggal membubuhkan tanda tangan di atasnya. Sejak itulah kartu ucapan mulai populer. Kini cara itu pun dipandang kurang praktis. Banyak orang mengirim ucapan Natal lewat SMS. Sekali tekan tombol “Kirim”, ratusan orang menerima ucapan Natal. Praktis memang, tetapi sentuhan kasihnya kurang terasa.

Untuk menunjukkan cinta kasih, orang harus bersedia repot. Ketika Rasul Paulus mengakhiri tulisannya bagi jemaat Kolose, ia mengucapkan salam yang panjang. Salam dari rekan sepelayanannya disebut satu per satu: dari Aristarkus, Markus, Yustus, Epafras, tabib Lukas, dan Demas. Selain itu Paulus juga menulis bagian salam ini dengan tulisan tangannya sendiri. Padahal isi suratnya ditulis dengan bantuan seorang sekretaris. Sungguh tidak praktis! Namun, lewat semua ini Paulus ingin menunjukkan sentuhan kasihnya yang bersifat pribadi pada jemaat Kolose.

Kesibukan dan kemajuan teknologi kadang membuat kita menyukai segala sesuatu yang serbapraktis dan otomatis. Sentuhan kasih pun diabaikan. Ketika seorang sahabat berduka, kita merasa cukup menelepon atau menyatakan rasa duka lewat SMS, ketimbang membesuk dan memeluknya. Saat ia menikah, kita hanya menghadiri pestanya. Enggan menghadiri pemberkatan pernikahannya. Banyak orang merindukan sentuhan kasih Anda. Maukah Anda sedikit repot untuk mewujudkannya?

Orang lebih membutuhkan sentuhan kasih Anda
daripada semua talenta dan harta milik Anda

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Penulis: Juswantori Ichwan 

Minggu, 21 November 2010

Memiliki Yesus

1 Yohanes 5:1-12

5:1 Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.

5:2 Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.

5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,

5:4 sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.

5:5 Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?

5:6 Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.

5:7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.

5:8 Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.

5:9 Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

5:10 Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

5:11 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.

5:12 Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. 

Bacaan FT : 1 Yohanes 5:1-12

Ayat Mas : 1 Yohanes 5:12


Ketika kecil, kita cenderung sangat posesif. Sulit bagi kita untuk berbagi. Kita terganggu kalau mainan kita dipinjam teman dalam waktu cukup lama, apalagi kalau sampai dibawa pulang. Bagi seorang anak, memiliki berarti menguasai dan memonopoli secara absolut.

Surat Yohanes menyatakan bahwa Allah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita, dan hidup itu berada di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus. “Siapa yang memiliki Anak, ia memiliki hidup” (ayat 12). Apakah itu berarti, seperti pemaknaan anak kecil, kita menguasai dan memonopoli Yesus Kristus? Bukan! Yohanes justru ingin menekankan pentingnya umat percaya untuk hidup dalam respons yang tepat terhadap rahmat Allah (1 Yohanes 4:8, 11). Maksudnya, rahmat Allah perlu disambut oleh iman dan sikap hidup beriman dari pihak kita. Gayung pun bersambut, ketika kita merespons rahmat Allah yang mendatangi kita di dalam Yesus.

Tidak semua orang yang mengaku percaya terhitung sebagai mereka yang memiliki Yesus. Yesus bukan barang yang bisa kita kuasai dan kita monopoli. Memiliki Yesus berarti beriman di dalam dan hidup menurut teladan Yesus Kristus. Memiliki Yesus bukan hanya soal memiliki ajaran yang benar, melainkan soal menjalankan tindakan yang benar, sesuai dengan iman (ayat 2).

Anda mau membuktikan bahwa Anda memiliki Yesus? Bukan seperti anak kecil yang ingin menguasai dan memonopoli mainan miliknya, kita yang sungguh-sungguh memiliki Yesus malah tergerak untuk membagikan kasih Yesus kepada sesama melalui tindakan nyata. Dan kita tidak akan merasa berat menjalankan perintah-Nya.

Kasih Allah tidak dapat dimiliki secara eksklusif
Melainkan merengkuh orang lain untuk turut mengecapnya

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Penulis: Daniel K. Listijabudi 

Rabu, 17 November 2010

Ndendeng

Roma 1:18-23

1:18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.

1:19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.

1:20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.

1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.

1:22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.

1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. 

Bacaan FT : Roma 1:18-23, Wahyu 9:13-21

Ayat Mas : Wahyu 9:20

Ndendeng (kedua huruf “e” dibaca seperti pada kata “materai“, bukan “bebek”) adalah istilah bahasa Jawa yang kira-kira artinya keras kepala, tidak bisa diberi tahu. Kata ini kerap dipakai untuk menjuluki anak-anak yang nakal dan tidak mau menuruti nasihat orangtua.

Namun, bukan cuma anak-anak yang bisa ndendeng. Banyak orang dewasa di sepanjang zaman yang juga bersikap demikian terhadap Allah. Salah satu contohnya digambarkan dalam bacaan Alkitab kita hari ini.

Dalam sejarah manusia, Tuhan berulang kali, dengan berbagai cara, menyatakan diri-Nya, memanggil semua orang untuk bertobat. Dari cara yang halus melalui ciptaan-Nya (Roma 1:19,20), firman-Nya (2 Raja-Raja 17:13,14), sampai pada cara yang teramat keras, yaitu dengan hukuman yang dahsyat (Wahyu 9:13-19). Namun, banyak dari mereka yang bergeming. Mereka tetap mengeraskan hati dan menolak panggilan-Nya.

Apakah kita termasuk orang yang demikian? Apakah kita juga adalah orang-orang yang bersikap keras kepala di hadapan Allah, meski mengaku sebagai umat-Nya? Secara spesifik mungkin dengan menyimpan suatu dosa dalam hidup kita, yang Allah ingin agar kita tinggalkan. Dia sudah menyatakannya dengan berbagai cara. Melalui hati nurani kita, firman-Nya di dalam Alkitab, teguran orang, atau melalui peristiwa-peristiwa yang kita alami. Suara-Nya sedemikian jelas, sehingga kita tahu benar apa yang Dia mau. Akan tetapi, kita terus mengeraskan hati, tidak mau tunduk kepada-Nya. Apabila demikian sikap kita, bertobatlah. Lunakkan hati dan ikuti perintah-Nya. Jangan lagi menjadi seorang yang ndendeng kepada Allah.

Ndendeng kepada orangtua merepotkan
ndendeng kepada Allah mematikan

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Penulis: Alison Subiantoro 

Senin, 15 November 2010

Batu Lebih Dulu

2 Tawarikh 1:1-13

1:1 Salomo, anak Daud, menjadi kuat dalam kedudukannya sebagai raja; TUHAN, Allahnya, menyertai dia dan menjadikan kekuasaannya luar biasa besarnya.

1:2 Salomo memberi perintah kepada seluruh Israel, kepada kepala-kepala pasukan seribu dan pasukan seratus, kepada para hakim dan kepada semua pemimpin di seluruh Israel, yakni para kepala puak.

1:3 Lalu pergilah Salomo bersama-sama dengan segenap jemaah itu ke bukit pengorbanan yang di Gibeon, sebab di situlah Kemah Pertemuan Allah yang dibuat Musa, hamba TUHAN itu, di padang gurun.

1:4 --Tetapi Daud telah mengangkut tabut Allah dari Kiryat-Yearim ke tempat yang disiapkannya bagi tabut itu, --sebab ia telah memasang kemah untuk tabut itu di Yerusalem.

1:5 Namun mezbah tembaga yang dibuat Bezaleel bin Uri bin Hur masih ada di sana di depan Kemah Suci TUHAN. Maka ke sanalah Salomo dan jemaah itu meminta petunjuk TUHAN.

1:6 Salomo mempersembahkan korban di sana di hadapan TUHAN di atas mezbah tembaga yang di depan Kemah Pertemuan itu; ia mempersembahkan seribu korban bakaran di atasnya.

1:7 Pada malam itu juga Allah menampakkan diri kepada Salomo dan berfirman kepadanya: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu."

1:8 Berkatalah Salomo kepada Allah: "Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada Daud, ayahku, dan telah mengangkat aku menjadi raja menggantikan dia.

1:9 Maka sekarang, ya TUHAN Allah, tunjukkanlah keteguhan janji-Mu kepada Daud, ayahku, sebab Engkaulah yang telah mengangkat aku menjadi raja atas suatu bangsa yang banyaknya seperti debu tanah.

1:10 Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?"

1:11 Berfirmanlah Allah kepada Salomo: "Oleh karena itu yang kauingini dan engkau tidak meminta kekayaan, harta benda, kemuliaan atau nyawa pembencimu, dan juga tidak meminta umur panjang, tetapi sebaliknya engkau meminta kebijaksanaan dan pengertian untuk dapat menghakimi umat-Ku yang atasnya Aku telah merajakan engkau,

1:12 maka kebijaksanaan dan pengertian itu diberikan kepadamu; selain itu Aku berikan kepadamu kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sebagaimana belum pernah ada pada raja-raja sebelum engkau dan tidak akan ada pada raja-raja sesudah engkau."

1:13 Lalu pulanglah Salomo dari bukit pengorbanan yang di Gibeon itu, dari depan Kemah Pertemuan, ke Yerusalem dan ia memerintah atas Israel. 

Bacaan FT : 2 Tawarikh 1:1-13

Ayat Mas : 2 Tawarikh 1:12
Pernah Anda mencoba memadati ember plastik dengan batu dan pasir? Mana yang akan Anda masukkan dulu? Jika Anda memulai dengan mengisikan pasir, Anda akan segera kekurangan ruangan untuk memasukkan batu. Jika Anda memulai dengan mengisikan batu, Anda dapat memenuhi celah-celah di antaranya dengan pasir.

Semacam itulah penyusunan prioritas hidup. Jika kita mendahulukan hal-hal yang utama, kemungkinan besar kita masih memiliki waktu untuk hal-hal yang sekunder. Sebaliknya, jika waktu kita sudah tersita untuk hal-hal yang sekunder, tidak jarang hal yang utama malah tersisih.

Tuhan memberi Salomo kesempatan untuk mengajukan permintaan khusus. Sebagai raja Israel, apa kiranya yang ia inginkan? Secara bijaksana ia memilih meminta hikmat dan pengertian untuk memimpin bangsa yang besar itu. Tuhan berkenan atas permohonannya. Selain mengaruniakan hikmat dan pengertian, Tuhan masih memberinya bonus berupa kekayaan, harta benda, dan kemuliaan. Karena ia memilih yang utama, hal yang sekunder pun ditambahkan baginya. Coba bayangkan seandainya Salomo meminta kekayaan. Rasanya Tuhan tetap akan mengabulkan permintaan itu, tetapi belum tentu Dia memberikan bonus berupa hikmat dan pengertian.

Apakah hal yang utama dalam kehidupan Anda? Apakah Anda sudah menyusun prioritas secara benar dengan mendahulukan hal yang utama? Jika hidup Anda ternyata lebih banyak disibukkan oleh hal-hal sekunder, Anda perlu mengevaluasi dan menyusun ulang prioritas sebelum Anda menyesal karena kehilangan hal-hal yang penting dan berharga.

MENGUTAMAKAN HAL YANG UTAMA
ADALAH KUNCI MENUJU KEHIDUPAN YANG BERMAKNA

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Penulis: Arie Saptaji 

Minggu, 14 November 2010

Bisa Karena Kuasa

1 Korintus 4:14-21

4:14 Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi.

4:15 Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.

4:16 Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!

4:17 Justru itulah sebabnya aku mengirimkan kepadamu Timotius, yang adalah anakku yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan. Ia akan memperingatkan kamu akan hidup yang kuturuti dalam Kristus Yesus, seperti yang kuajarkan di mana-mana dalam setiap jemaat.

4:18 Tetapi ada beberapa orang yang menjadi sombong, karena mereka menyangka, bahwa aku tidak akan datang lagi kepadamu.

4:19 Tetapi aku akan segera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. Maka aku akan tahu, bukan tentang perkataan orang-orang yang sombong itu, tetapi tentang kekuatan mereka.

4:20 Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa.

4:21 Apakah yang kamu kehendaki? Haruskah aku datang kepadamu dengan cambuk atau dengan kasih dan dengan hati yang lemah lembut? 

Bacaan FT : 1 Korintus 4:14-21

Ayat Mas : 1 Korintus 4:20
Apa yang kita pikirkan ketika membaca kisah tokoh-tokoh Alkitab seperti Musa, Petrus, Elia, dan Gideon? Pastilah kita terkagum-kagum pada mereka. Mereka adalah orang-orang yang melakukan hal-hal luar biasa untuk Tuhan. Biasanya kisah mereka kerap diangkat oleh guru-guru Sekolah Minggu untuk menggambarkan betapa hebatnya kuasa Tuhan lewat orang yang dipakai oleh-Nya. Padahal jika kita membaca lagi di dalam Alkitab, kita akan menemukan bahwa sesungguhnya mereka ini adalah orang-orang biasa; seperti kita. Lalu apa yang membuat mereka tampak berbeda? Salah satunya karena mereka mengandalkan kuasa Tuhan.

Paulus menegur jemaat di Korintus supaya mereka tahu bahwa pekerjaan Tuhan tidak bergantung pada hebatnya sebuah pelayanan dilakukan, tetapi pada kuasa yang menyertai pelayanan itu. Ini berkaitan dengan dikirimnya Timotius, sang hamba Tuhan yang masih muda. Dibandingkan para pendahulunya, seperti Kefas dan Apolos—bahkan dibanding beberapa jemaat Korintus yang memiliki berbagai karunia, mungkin Timotius bukanlah siapa-siapa. Itulah yang membuat mereka menjadi sombong serta meremehkan Timo­tius. Dan, Paulus mengingatkan mereka supaya tetap menghormati Timotius, karena pelayanannya pun berdasarkan kuasa Tuhan.

Ketika kita terjun ke dalam pelayanan, janganlah merasa rendah diri karena kita tidak dapat melakukan hal yang hebat seperti orang-orang yang memiliki kemampuan khusus. Lakukanlah pelayanan sesuai dengan kemampuan unik kita. Penting juga untuk melatih diri—mengembangkan diri di bidang masing-masing, dengan tetap bersandar pada Tuhan, agar kuasa Tuhan bekerja melalui kita.

Melayani dengan mengandalkan kuasa Tuhan
akan memberi dampak luar biasa

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu
 

Kamis, 11 November 2010

Kualitas Rencana, Kualitas Hidup

Yesaya 32:1-8

32:1 Sesungguhnya, seorang raja akan memerintah menurut kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut keadilan,

32:2 dan mereka masing-masing akan seperti tempat perteduhan terhadap angin dan tempat perlindungan terhadap angin ribut, seperti aliran-aliran air di tempat kering, seperti naungan batu yang besar, di tanah yang tandus.

32:3 Mata orang-orang yang melihat tidak lagi akan tertutup, dan telinga orang-orang yang mendengar akan memperhatikan.

32:4 Hati orang-orang yang terburu nafsu akan tahu menimbang-nimbang, dan lidah orang-orang yang gagap akan dapat berbicara jelas.

32:5 Orang bebal tidak akan disebutkan lagi orang yang berbudi luhur, dan orang penipu tidak akan dikatakan terhormat.

32:6 Sebab orang bebal mengatakan kebebalan, dan hatinya merencanakan yang jahat, yaitu bermaksud murtad dan mengatakan yang menyesatkan tentang TUHAN, membiarkan kosong perut orang lapar dan orang haus kekurangan minuman.

32:7 Kalau penipu, akal-akalnya adalah jahat, ia merancang perbuatan-perbuatan keji untuk mencelakakan orang sengsara dengan perkataan dusta, sekalipun orang miskin itu membela haknya.

32:8 Tetapi orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian. 


Bacaan FT : Yesaya 32:1-8

Ayat Mas : Yesaya 32:6-8



Cinderella bersepatu kaca? Ya, begitulah dongeng yang kita baca dan dengar berulang kali. Padahal sebenarnya Cinderella bersepatu kaca adalah contoh sebuah kesalahan yang lestari. Pada 1697, Charles Perrault menulis kisah Cinderella dalam bahasa Prancis. Ia menggunakan frasa pantoufle en vair untuk sepatu Cinderella. Dalam penerjemahan ke dalam Bahasa Inggris, kata vair (bulu tupai) salah dibaca sebagai verre yang berarti kaca. Akibat kesalahan tak sengaja ini akhirnya jadilah Cinderella bersepatu kaca (Sumber: Ensiklopedia Kelirumologi, Jaya Suprana).

Ada kesalahan yang terjadi secara tidak sengaja, tetapi ada orang yang memang berencana untuk melakukan hal yang salah. Yesaya menuturkan bahwa salah satu ciri orang bebal adalah hatinya merencanakan yang jahat, dan bibirnya mengucapkan kata-kata yang menyesatkan (ayat 6). Orang bebal merancangkan perbuatan-perbuatan keji terhadap orang lain. Orang bebal bukan berarti bodoh. Bebal berarti tahu yang benar, tetapi merencanakan dan melakukan yang sebaliknya. Bertolak belakang dengan tindakan orang bebal, orang berbudi luhur merencanakan hal yang baik bagi orang lain (ayat 8). Kualitas manusia terlihat dari apa yang direncanakan dalam hati dan pikirannya. Khususnya apa yang direncanakannya bagi hidup orang lain.

Hari ini, apa yang kita rencanakan dalam hati dan pikiran? Rencana untuk memfitnah atau melakukan kejahatan terhadap orang lain menunjukkan kebebalan kita, sebab kita sudah tahu apa yang benar. Sebaliknya, keluhuran hati dan pikiran kita terlihat dari rencana untuk melakukan hal yang baik kepada orang lain, bahkan yang membenci kita sekalipun.

Kualitas hidup manusia terlihat dari rencana-rencananya

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Penulis: Wahyu Pramudya

Selasa, 09 November 2010

Peniup Pluit

Yeremia 21:11-14

21:11 Kepada keluarga raja Yehuda. Dengarlah firman TUHAN:

21:12 "Beginilah firman TUHAN, hai keturunan Daud: Jatuhkanlah hukum yang adil setiap pagi dan lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, supaya kehangatan murka-Ku jangan menyambar seperti api dan menyala-nyala dengan tidak ada yang memadamkannya, oleh karena perbuatan-perbuatanmu yang jahat!

21:13 Sesungguhnya, Aku akan menjadi lawanmu, hai kota yang di atas lembah, gunung batu di dataran, demikianlah firman TUHAN, hai kamu yang berkata: Siapakah yang berani turun kepada kami dan siapakah yang berani masuk ke tempat perteduhan kami?

21:14 Aku akan melakukan pembalasan kepadamu sesuai dengan hasil perbuatanmu, demikianlah firman TUHAN. Aku akan menyalakan api di hutannya yang akan memakan habis segala sesuatu yang di sekitarnya."

----------------------------------------------------------------------------------

Yeremia 22:1-9

22:1 Beginilah firman TUHAN: "Pergilah ke istana raja Yehuda dan sampaikanlah di sana firman ini!

22:2 Katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai raja Yehuda yang duduk di atas takhta Daud, engkau, pegawai-pegawaimu dan rakyatmu yang masuk melalui pintu-pintu gerbang ini!

22:3 Beginilah firman TUHAN: Lakukanlah keadilan dan kebenaran, lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, janganlah engkau menindas dan janganlah engkau memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, dan janganlah engkau menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini!

22:4 Sebab jika kamu sungguh-sungguh melakukan semuanya itu, maka melalui pintu-pintu gerbang istana ini akan berarak masuk raja-raja yang akan duduk di atas takhta Daud dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka itu, pegawai-pegawainya dan rakyatnya.

22:5 Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diri-Ku, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan.

22:6 Sebab beginilah firman TUHAN mengenai keluarga raja Yehuda: Engkau seperti Gilead bagi-Ku, seperti puncak gunung Libanon! Namun pastilah Aku akan membuat engkau menjadi padang gurun, menjadi kota yang tidak didiami orang.

22:7 Aku akan menetapkan pemusnah-pemusnah terhadap engkau, masing-masing dengan senjatanya; mereka akan menebang pohon aras pilihanmu dan mencampakkannya ke dalam api.

22:8 Dan apabila banyak bangsa melewati kota ini, maka mereka akan berkata seorang kepada yang lain: Mengapakah TUHAN melakukan seperti itu kepada kota yang besar ini?

22:9 Orang akan menjawab: Oleh karena mereka telah melupakan perjanjian TUHAN, Allah mereka, dan telah sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya."

--------------------------------------------------------------------------

Yesaya 6:8

6:8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" 


Bacaan FT : Yeremia 21:11-22:9

Ayat Mas : Yesaya 6:8

Seorang whistle blower (peniup peluit) adalah seseorang yang berani membongkar ketidakbenaran yang sedang berkembang di suatu organisasi. Orang ini biasanya adalah orang dalam, bagian dari organisasi itu. Pada konferensi tentang isu iklim global di Kopenhagen, Denmark, bulan Desember 2009 lalu, sempat muncul seorang yang demikian.

Ia membocorkan isi proposal sebuah surat keputusan yang kabarnya akan dilegalkan di sana. Isinya kontroversial. Cenderung menguntungkan negara-negara maju dan merugikan negara-negara berkembang atau miskin. Sontak, berbagai pihak mengecam proposal tersebut.

Fungsi sebagai “peniup peluit” ini mirip dengan peran para nabi di Alkitab. Yeremia adalah salah satunya. Ia hidup ketika bangsa Yehuda, secara khusus para pemimpinnya, hidup dalam dosa. Mereka tidak taat pada perintah Tuhan.

Menindas keadilan dan kebenaran, membiarkan pemeras merajalela, memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, serta menganiaya orang-orang yang tak bersalah. Yeremia menyuarakan protesnya atas tindakan mereka. Menjadi penyambung lidah Allah bagi mereka. Ia tahu ini membahayakan hidupnya. Namun, ia memberi dirinya untuk menjadi alat Allah.

Kita pun dipanggil Tuhan untuk melanjutkan peran kenabian ini. Ketika berkembang sesuatu yang tidak benar di keluarga, gereja, kantor, organisasi, atau masyarakat kita, Tuhan memanggil kita untuk menyuarakan kebenaran.

Untuk membongkar ketidakbenaran yang sedang berkembang, bahkan kalau bisa untuk memperbaikinya. Tidak mudah, bahkan kerap membuat kita terancam. Kalau bukan kita, umat-Nya, siapa lagi yang bisa Dia utus?

Tuhan, ini aku, utuslah aku untuk menjadi nabi-Mu di lingkungan kami masing-masing

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Alison Subiantoro 

Rabu, 03 November 2010

Enggan Melepaskan

Kolose 3:1-17

3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.

3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,

3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).

3:7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.

3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.

3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,

3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. 

Bacaan FT : Kolose 3:1-17

Ayat Mas : Kolose 3:8-10

Suatu hari, seorang anak balita sedang asyik bermain pasir di pantai ditemani ayahnya. Lalu, datanglah penjaja es krim. Sang ayah segera membeli sebuah untuk anaknya. Namun, ketika melihat mulut anaknya penuh pasir, ia pun urung memberikan es krim itu. “Ayo, Sayang, buang dulu kotoran itu dari mulutmu.

Ayah punya sesuatu yang lebih baik untukmu!” Kisah ini ditulis oleh Max Lucado, ayah dari anak itu, dalam bukunya Just Like Jesus (Gloria Graffa). Ia berkata, ”Saya tak akan memberinya es krim sebelum ia membersihkan mulutnya, sebab saya mengasihinya. Saya tidak ingin ia makan es krim bercampur pasir!”

Tuhan menawarkan kepada kita sesuatu yang lebih baik. Hidup baru yang dipenuhi kasih, damai, dan berkat. Namun, sebelum bisa menerimanya, kita perlu membersihkan diri lebih dulu dari ”pasir” dosa. Tindak asusila, hawa nafsu, fitnah, dan perkataan kotor, bagaikan pasir yang memenuhi mulut.

Rasul Paulus menyebutnya sebagai kelakuan manusia lama yang harus ditanggalkan. Setelah itu baru kita dapat mencicipi indahnya hidup dengan kelakuan manusia baru (ayat 12).

Sama seperti es krim tidak enak dimakan bersama pasir, gaya hidup lama juga tidak bisa kita campur dengan gaya hidup manusia baru. Yang lama harus ditanggalkan, supaya yang baru bisa kita kenakan.

Lihatlah kembali buah rohani orang-orang pilihan Allah yang ditulis Paulus di ayat 12-15. Apakah ada di antaranya yang belum mewujud dalam diri Anda? Apa penyebabnya? Apakah karena masih ada sisa-sisa kelakuan manusia lama yang enggan Anda lepaskan?

Hidup kudus adalah keharusan, bukan pilihan

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Juswantori Ichwan