Senin, 20 Desember 2010

Kadaluwarsa

Mazmur 90

90:1 Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.

90:2 Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.

90:3 Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"

90:4 Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.

90:5 Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,

90:6 di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.

90:7 Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu, dan karena kehangatan amarah-Mu kami terkejut.

90:8 Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.

90:9 Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh.

90:10 Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

90:11 Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?

90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

90:13 Kembalilah, ya TUHAN--berapa lama lagi? --dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

90:14 Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.

90:15 Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.

90:16 Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka.

90:17 Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu. 

Bacaan FT : Mazmur 90

Ayat Mas : Mazmur 90:9
Televisi tua Anda rusak? Komputer ngadat setelah bertahun-tahun dipakai bekerja? Jangan heran! Sebagaimana obat dan makanan punya tanggal kedaluwarsa, barang elektronik juga punya usia hidup (lifetime). Usia hidup televisi LCD, misalnya, sekitar 20.000-30.000 jam.

Ia akan rusak setelah dipakai melewati batas waktu itu. Uniknya lagi, jika dipakai tidak sesuai petunjuk pemakaian, usia hidupnya bisa berkurang banyak. Kedaluwarsa sebelum waktunya!

Usia hidup manusia pun ada batasnya. Rata-rata 70-80 tahun saja, menurut pemazmur (ayat 10). Singkat sekali jika dibanding “masa hidup” Tuhan yang tak terbatas (ayat 1,2). Seandainya manusia bisa hidup 1.000 tahun pun, waktu sepanjang itu di mata Tuhan hanya sependek “giliran jaga malam” (ayat 4).

Tragisnya, masa hidup kita yang sudah singkat ini bisa berkurang pula. Kematian bisa menjemput kapan pun, saat Tuhan berkata “Kembalilah!” (ayat 3). Atau kalaupun usia hidup kita panjang, hari-hari indahnya sedikit. Minim. Lebih banyak waktu kita habiskan dalam keluhan, kesukaran, dan penderitaan yang tidak perlu, karena dosa yang tak diselesaikan (ayat 8-10).

Anda ingin memakai tiap hari dengan bijak? Kenalilah “kekuatan murka Tuhan” (ayat 11). Artinya, sadarilah bahwa hidup dalam dosa itu menghabiskan waktu! Akibat dosa, kita harus menanggung hukuman yang membuat hari-hari indah berubah menjadi suram. Terbuang percuma.

Sayang, bukan? Mari gunakan setiap hari secara hati-hati, sesuai petunjuk firman Tuhan. Jangan sampai dosa membuat hidup Anda kedaluwarsa sebelum waktunya.

Berbuat dosa itu gampang namun, akibatnya berbuntut panjang

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Juswantori Ichwan 

Kamis, 16 Desember 2010

Menerima Teguran

Galatia 2:11-14

2:11 Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah.

2:12 Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.

2:13 Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka.

2:14 Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?"

Bacaan FT : Galatia 2:11-14

Ayat Mas : Amsal 6:23


Menerima teguran, sekalipun jelas-jelas kita ini salah dan patut ditegur, biasanya tetap saja menimbulkan perasaan tidak enak dalam hati. Itulah sebabnya banyak orang yang tidak suka, bahkan marah kalau ditegur. Mereka lebih senang menerima pujian, walau hanya basa-basi.

Sikap “anti teguran” ini keliru. Sebab bagaimana pun kita tidak selalu benar. Ada saatnya kita berbuat salah, dan karenanya membutuhkan teguran supaya bisa memperbaiki diri.

Randy Pausch, dalam bukunya yang sangat terkenal, The Last Lecture, menulis demikian, “Kalau Anda melihat diri Anda melakukan sesuatu yang buruk dan sudah tidak ada lagi orang yang mau repot-repot memberi tahu Anda, maka tempat itu tidak baik untuk Anda.

Anda mungkin tidak ingin mendapat teguran, tetapi orang yang menegur Anda kerap kali adalah satu-satunya orang yang memberi tahu bahwa ia masih mengasihi dan memedulikan Anda, dan ingin melihat Anda menjadi lebih baik.”

Paulus menegur Petrus karena telah bersikap plin plan (ayat 12). Teguran Paulus ini tentu saja dilandasi dengan maksud baik. Sebab kalau mau aman sebetulnya Paulus bisa saja memilih diam dan membiarkan Petrus dengan kesalahannya itu.

Lagi pula, tidak ada untung apa-apa bagi Paulus dengan menegur Petrus. Malah mungkin bisa disalahartikan.

Jadi, kalau kita mendapat teguran dari siapa pun, jangan buru-buru merespons dengan sikap antipati. Apalagi dengan marah. Sebab bisa jadi teguran itu justru sangat berguna buat kita. Lihat itu sebagai sebentuk cara seseorang peduli dan mengasihi kita

Teguran yang membangun itu tanda kasih

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Ayub Yahya 

Minggu, 12 Desember 2010

Foto Genik

1 Korintus 13:8-13

13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.

13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. 

Bacaan FT : 1 Korintus 13:8-13

Ayat Mas : 1 Korintus 13:12
Apakah wajah Anda terlihat lebih cantik di foto daripada aslinya? Itu tandanya Anda fotogenik! Sebaliknya, jika Anda tidak terlihat lebih baik di foto, berarti Anda tidak fotogenik. Namun, sebenarnya foto memang tidak dapat menampilkan citra wajah kita seutuhnya, sebab lensa kamera hanya melihat wajah dari satu sudut.

Padahal mata kita melihat seseorang dari berbagai sudut yang berbeda. Hasilnya, apa yang dilihat mata jauh lebih utuh dari yang dilihat kamera. Lagi pula lensa kamera tidak dapat menangkap karisma yang terpancar dari wajah. Jadi, sebuah foto bisa menipu!

Gambaran kita terhadap Allah juga tidak sempurna. Bagai hasil jepretan kamera. Menurut Paulus, kita melihat-Nya “bagai gambaran yang samar-samar”. Tidak utuh. Gambaran kita tentang kasih Allah bisa keliru. Misalnya, orang yang sedang ditimpa musibah beruntun sering merasa Allah tidak lagi mengasihinya.

Seorang anak manja mengira Allah mengasihi hanya ketika permohonannya dikabulkan. Tidak utuhnya gambaran kita terhadap Allah kadang membuat kita sulit memahami jalan dan kehendak-Nya.

Supaya tidak salah paham, kita perlu meninggalkan “sifat kekanak-kanakan”. Berhentilah memandang Allah hanya berdasar perasaan. Belajarlah mengenal Tuhan secara objektif, lewat apa yang tertulis tentang Dia dalam firman-Nya.

Gambaran keliru tentang Allah bisa menipu; membuat kita kecewa kepada-Nya. Di sinilah pentingnya iman dan harapan. Yakinlah bahwa Allah selalu lebih indah dari yang Anda bayangkan. Kasih-Nya bagi Anda jauh lebih luas dan dalam dari dugaan Anda. Seluas dan sedalam samudra!

FOTO TUHAN YANG SEBENARNYA SELALU JAUH LEBIH INDAH DARI GAMBARAN KITA

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Juswantori Ichwan