Minggu, 25 Juli 2010

Asal Ikut

Kisah Para Rasul 17:10-15

17:10 Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi.

17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.

17:12 Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.

17:13 Tetapi ketika orang-orang Yahudi dari Tesalonika tahu, bahwa juga di Berea telah diberitakan firman Allah oleh Paulus, datang jugalah mereka ke sana menghasut dan menggelisahkan hati orang banyak.

17:14 Tetapi saudara-saudara menyuruh Paulus segera berangkat menuju ke pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea.

17:15 Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya sampai di Atena, lalu kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius, supaya mereka selekas mungkin datang kepadanya.

Bacaan FT : Kisah Para Rasul 17:10-15

Ayat Mas : Kisah Para Rasul 17:11

Terry adalah tokoh seorang anak dalam film garapan Singapura berjudul I'm Not Stupid yang memiliki seorang ibu yang dominan. Akibatnya, Terry menjadi anak yang asal mengikuti segala hal yang dikatakan ibunya.

Bahkan, jika ada suatu hal baru yang belum pernah diajarkan oleh ibunya, ia tidak berani berpendapat apa-apa sampai si ibu memberikan jawabannya. Sikapnya ini membuat Terry kerap diolok-olok oleh teman-temannya.

Sikap Terry ini kerap terjadi di gereja orang-orang kristiani yang imannya asal mengikut apa yang dikatakan pemimpin gereja. Sikap ini bisa terbentuk oleh figur pemimpin yang terlalu dominan.

Atau, ia memang mengondisikan jemaat untuk bergantung kepada pemimpin. Namun, bisa juga karena kemalasan atau kesungkanan jemaat untuk bersikap kritis terhadap setiap pengajaran yang diberikan pemimpin.

Dalam firman Tuhan hari ini, kita melihat bahwa orang-orang Berea dipuji karena tidak bersikap “asal ikut”. Mereka mendengarkan dengan saksama pengajaran Paulus tentang Kitab Suci. Walaupun demikian, mereka tetap bersikap kritis dalam menerima setiap ajaran itu; mereka tak enggan menguji apakah yang disampaikan tersebut sungguh sesuai dengan firman Tuhan.

Sikap jemaat Berea ini harus kita teladani, dan para pemimpin gereja harus mengajar jemaatnya untuk memiliki sikap ini. Sebab bisa jadi ada di antara hal-hal yang dikatakan seorang pemimpin gereja ternyata kurang benar.

Ada kalanya mereka khilaf dan menyimpang dari pengajaran yang sehat. Pada saat itu, sikap kritis jemaat memegang peranan penting agar mereka tetap berjalan di atas pengajaran iman yang sehat.

Jangan menjadi orang kristiani yang memiliki iman “asal ikut” apa kata orang

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Alison Subiantoro

Sabtu, 24 Juli 2010

Batu Opal yang Kusam

Kisah Para Rasul 15:35-41

15:35 Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di Antiokhia. Mereka bersama-sama dengan banyak orang lain mengajar dan memberitakan firman Tuhan.

15:36 Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: "Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka."

15:37 Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus;

15:38 tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.

15:39 Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.

15:40 Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan

15:41 berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ.

--------------------------------------------------------------------

2 Timotius 4:11
4:11 Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.

Bacaan FT : Kisah Para Rasul 15:35-41

Ayat Mas : 2 Timotius 4:11

Seorang ahli batu-batuan memasuki toko perhiasan. Penjaga menunjukkan koleksi tokonya yang indah-indah. Ternyata, di antara permata yang berkilau itu ada sebutir batu yang kusam. “Tunggu sebentar,” kata pelanggan itu.

Ia mengambil batu itu dan menggenggamnya erat-erat. Setelah beberapa saat, ia membuka tangannya, dan kini batu itu berkilau begitu elok! ”Ini batu opal atau ada yang menyebutnya permata simpatik,” katanya. “Cukup digenggam, keindahannya pun akan memancar.” Paulus dan Barnabas bertengkar sengit gara-gara Markus.

Barnabas ingin melibatkan Markus dalam tim misi, tetapi Paulus menolaknya karena pemuda itu pernah meninggalkan tim sebelumnya (Kisah Para Rasul 13:13). Namun, secara mengejutkan, nama Markus muncul lagi, dipuji Paulus dalam suratnya sebagai orang yang “pelayanannya penting bagiku” (2 Timotius 4:11).

Alkitab tidak menjelaskan proses perubahan yang dialami Markus. Namun, kita bisa membayangkan setidaknya dua kemungkinan.

Pertama, Barnabas menggosok dan menajamkan karakter Markus, sehingga pemuda itu berubah menjadi murid Kristus yang setia.

Kedua, Paulus mengampuni Markus dan memberinya kesempatan kedua; dan Markus pun membuktikan bahwa dirinya murid yang layak dipercaya.

Melalui genggaman Barnabas dan Paulus, batu opal bernama Markus itu menjadi berkilau. Jangan terkecoh oleh penampilan “kusam” seorang murid Kristus. Mungkin ia memerlukan “genggaman tangan”: pendampingan yang konsisten dan berkesinambungan. Apabila ada saudara seiman yang gagal dalam pelayanan, ampunilah ia dan ulurkan kesempatan kedua.

Murid Kristus bukanlah orang yang sempurna; Ia tengah digosok agar menjadi semakin berkilau

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Arie Saptaji

Jumat, 23 Juli 2010

Tujuh Keajaiban Dunia

Matius 11:20-24

11:20 Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya:

11:21 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.

11:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.

11:23 Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.

11:24 Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu."

Bacaan FT : Matius 11:20-24

Ayat Mas : Matius 11:20

Seorang guru memberi tugas kepada murid-muridnya untuk menyebutkan tujuh keajaiban dunia. Sebagian besar murid segera menuliskan jawabannya di kertas mereka. Namun, Ririn hanya termangu-mangu di bangkunya.

Dan ketika jam pelajaran hampir selesai, kertasnya masih kosong. Gurunya heran karena Ririn tergolong anak cerdas. ”Masakan kau tidak tahu satu pun keajaiban dunia, Rin?” tanya gurunya. ”Sebenarnya banyak, Bu, tapi saya bingung memilih yang mana.” Kening gurunya berkerut, dan meminta Ririn menjelaskan.

Ririn pun menyebutkan keajaiban dunia versinya: bisa melihat, bisa mendengar, bisa berkata-kata, bisa menyayangi, dan sebagainya.

Gurunya tertegun, sekaligus tersadar: betapa mudah kita mengagumi karya hebat buatan manusia, dan menganggap biasa saja berbagai keajaiban yang Tuhan karuniakan secara cuma-cuma! Yesus mengecam Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum karena menyambut dingin karya Tuhan di tengah mereka. Kota-kota itu termasuk daerah yang pertama kali mendengar berita pertobatan yang disampaikan Yesus.

Berbagai mukjizat juga Dia lakukan. Yesus bahkan memilih Kapernaum sebagai kediaman-Nya sekeluar dari Nazaret. Namun, kota-kota itu bergeming. Berita Injil dan mukjizat Tuhan tak menggugah mereka bertobat dan berbalik dari kejahatan mereka.

Menurut Roma 2:4, maksud kemurahan Allah ialah menuntun kita ke dalam pertobatan: mengalami perubahan hati, sikap, dan perilaku. Bagaimana tanggapan kita terhadap firman yang kita dengar dan kita baca? Bagaimana sikap kita terhadap kebaikan yang Tuhan limpahkan dalam hidup kita?

Bersyukur atas keajaiban Tuhan dalam hidup kita adalah titik awal menuju pertobatan dan perubahan hidup

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Arie Saptaji

Kamis, 22 Juli 2010

Pijakan Yang Kuat

Bacaan FT : Kisah Para Rasul 9:1-16

Ayat Mas : Filipi 4:13

Seorang petani berduka. Keledainya—harta tunggalnya, terperosok ke sumur. Ia minta tolong pada tetangga, tetapi usahanya sia-sia. Semua membujuk supaya ia merelakan keledainya. Dan, agar kelak bangkai si keledai tak menimbulkan bau dan penyakit, tetangga mengusulkan agar sumur itu ditimbun tanah.

Sementara tanah ditimbunkan ke sumur, si keledai terus merintih. Mereka berpikir si keledai pasti sudah mati. Namun, semua kaget ketika keledai itu melompat keluar! Ternyata, setiap gundukan tanah yang menimpa dan menyakiti si keledai itu selalu dikibaskannya, dan lama-lama menumpuk di bawah kaki dan menjadi pijakan baru baginya.

Tatkala Paulus melayani Tuhan, muncul banyak tantangan, hambatan, bahkan aniaya. Namun, ia tak lekas putus asa dan menyerah, sebab ia sangat yakin akan panggilannya memberitakan Injil bagi bangsa-bangsa non-Yahudi. Dan, pengalaman bergaul dengan Tuhan membuatnya kuat menanggung segala hal.

Bahkan, segala hambatan justru menjadi pijakan baru baginya untuk memenuhi panggilan pelayanan Tuhan baginya, menjadi “... alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel (ayat 15).

Dan bagaimana Tuhan membuat Paulus bisa memberitakan Injil kepada raja-raja dan penghuni istana? Ternyata melalui aniaya dan penjara, ia berjumpa para pejabat tinggi yang mengadili kasusnya (bandingkan Kisah Para Rasul 24,25,26,28). Jika hari ini Anda mengalami kesulitan, hambatan, dan tantangan: jangan menyerah.

Dengan mata iman yang mengarah kepada Kristus, mari jadikan segala kesulitan itu menjadi pijakan kuat untuk mencapai tujuan Tuhan bagi hidup kita.

Ketika kita meminta Allah memimpin hidup kita, setiap peristiwa pasti berguna bagi kebaikan kita

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu.

Penulis: Susanto, S.Th.

Rabu, 21 Juli 2010

Persiapan Kematian

Roma 14:7-9

14:7 Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri.

14:8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

14:9 Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.

Bacaan FT : Roma 14:7-9

Ayat Mas : Roma 14:7

Sebuah gereja pernah menyebarkan formulir persiapan kematian. Tiap anggota diminta menjawab pertanyaan seperti: Mau dikubur di mana? Lagu-lagu apa yang ingin dinyanyikan saat kebaktian tutup peti? Adakah ayat atau pesan terakhir? Kalimat apa yang akan ditulis di batu nisan? Formulir itu akan disimpan oleh gereja dan dieksekusi saat yang mengisinya meninggal. Beberapa orang berkata: “Tidak pantas bicara soal kematian sebelum waktunya.

Pamali!” Namun, menurut sang pendeta, kematian harus dipersiapkan supaya momen itu bisa dipakai “calon almarhum” untuk memuliakan Tuhan. Paulus menegaskan bahwa kita ini milik Tuhan.

Diri kita bukanlah milik pribadi. Apa pun yang kita perbuat atau rencanakan selama hidup perlu memuliakan Tuhan; mengakui ketuhanan-Nya; melayani kepentingan-Nya, bukan kepentingan diri sendiri.

Sampai saat kematian pun, menurut Paulus, “kita mati untuk Tuhan” (ayat 8). Kematian kita harus memuliakan nama-Nya! Jangan sampai saat dipanggil pulang, kita meninggalkan jejak yang mempermalukan nama-Nya. Atau, mati karena berbuat hal yang mencemarkan Dia.

Kematian kita harus membawa berkat bagi yang kita tinggalkan. Persiapkan kematian sejak sekarang. Caranya? Pastikan pekerjaan Anda hari ini membuat Tuhan tersenyum.

Saksikan kebaikan Tuhan pada orang sekitar, sehingga kapan pun maut menjemput, kita siap. Persiapkan juga hari kematian Anda, supaya jika saatnya tiba, anak-anak Anda tidak sampai berebut warisan.

Biarlah hari itu menjadi hari terindah bagi Anda, karena bertemu Tuhan muka dengan muka. Juga hari penuh berkat bagi mereka yang telah berbagi hidup dengan Anda.

Jadikan Tuhan tersenyum melihat cara hidup Anda dan cara mati Anda

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Juswantori Ichwan