Selasa, 12 Oktober 2010

Melihat dengan Benar

(1) Mazmur Daud. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.

(2) Aku berkata, "Engkaulah Tuhanku, kebahagiaanku, tak ada yang melebihi Engkau!"

(3) Kuhormati orang-orang suci di negeri ini; kesukaanku ialah tinggal bersama mereka.

(4) Biarlah orang yang menyembah dewa-dewa bertambah-tambah kesedihannya. Aku tak mau berkurban kepada dewa-dewa, bahkan tak mau menyebut nama mereka.

(5) TUHAN, Engkau saja yang kumiliki; Engkau memberi segala yang kuperlukan, nasibku ada di tangan-Mu.

(6) Sungguh indah pemberian-Mu bagiku, sangat menyenangkan hatiku!

(7) Aku memuji TUHAN yang menasihati aku; di waktu malam pun suara hatiku mengajari aku.

(8) Aku selalu ingat kepada TUHAN; Ia ada di sampingku, maka aku tidak goyah.

(9) Sebab itu hatiku gembira dan jiwaku bersorak, dan tubuhku beristirahat dengan tentram.

(10) Sebab Engkau tidak membiarkan aku mati; orang yang Kaukasihi tidak Kaubiarkan binasa.

(11) Kautunjukkan kepadaku jalan menuju kehidupan; pada-Mu aku mendapat kegembiraan berlimpah dan kebahagiaan untuk selama-lamanya.

Bacaan FT : Mazmur 16

Ayat Mas: Mazmur 16:5

Seorang pendeta ditanyai apa yang menjadi kunci kepuasan hatinya. Ia menjawab, ”Kuncinya terletak pada penggunaan mata secara benar.

Dalam keadaan apa pun, saya terlebih dahulu mengangkat kepala, melihat ke surga, dan menyadari bahwa tujuan utama saya di bumi ini adalah untuk kembali ke sana.

Kemudian, saya akan melihat ke tanah, dan menyadari betapa kecilnya tempat yang diperlukan untuk menguburkan saya jika saya mati nanti. Lalu, saya akan memandang ke sekeliling, dan mengamati tidak sedikit orang yang dalam berbagai hal lebih menderita dari saya.

Dari situ saya belajar letak kebahagiaan yang sejati, akhir dari segala kekhawatiran kita, dan betapa sedikitnya alasan untuk mengeluh.”

Kepuasan hati adalah soal cara pandang dan pola pikir. Menurut kamus Alkitab, kepuasan hati bersumber dari sikap yang sedia membatasi keinginan diri menurut bagian yang ditentukan bagi kita.

Tanpa kepuasan, kita akan dirongrong kecemburuan, ketamak­an, kekhawatiran. Bukannya mengucap syukur, kita malah mengeluh.

Daud menemukan kepuasan hati dengan menjadikan Tuhan sebagai bagian warisan dan pialanya. Warisan mengacu pada kekekalan yang akan kita nikmati dalam persekutuan dengan Tuhan.

Adapun piala mengacu pada pemeliharaan dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ia puas dengan kebaikan Tuhan di bumi ini dan di dalam kekekalan.

Kita bisa belajar melihat “ke surga”, “ke tanah”, dan “ke sekeliling” menyadari kemurahan Tuhan di dalam hidup kita dan mengingat pengharapan kekal yang kita miliki di dalam Dia. Kiranya hal itu memenuhi hati kita dengan rasa syukur dan rasa puas.

KEPUASAN SEJATI TIDAK AKAN KITA TEMUKAN DARI KEADAAN SEKITAR TETAPI SUATU KARUNIA YANG DILIMPAHKAN DARI SURGA

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar