Kamis, 28 Oktober 2010

Korma

Mazmur 92

92:1 Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (92-2) Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi,

92:2 (92-3) untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam,

92:3 (92-4) dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi.

92:4 (92-5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai.

92:5 (92-6) Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu.

92:6 (92-7) Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu.

92:7 (92-8) Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya.

92:8 (92-9) Tetapi Engkau di tempat yang tinggi untuk selama-lamanya, ya TUHAN!

92:9 (92-10) Sebab, sesungguhnya musuh-Mu, ya TUHAN, sebab, sesungguhnya musuh-Mu akan binasa, semua orang yang melakukan kejahatan akan diceraiberaikan.

92:10 (92-11) Tetapi Kautinggikan tandukku seperti tanduk banteng, aku dituangi dengan minyak baru;

92:11 (92-12) mataku memandangi seteruku, telingaku mendengar perihal orang-orang jahat yang bangkit melawan aku.

92:12 (92-13) Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;

92:13 (92-14) mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita.

92:14 (92-15) Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,

92:15 (92-16) untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya. 

Bacaan FT : Mazmur 92

Ayat Mas : Mazmur 92:13,14

Pohon korma itu istimewa. Ia mampu tumbuh di tengah gurun gersang di Timur Tengah. Di tengah cuaca panas dan persediaan air yang minim, korma bukan sekedar bisa bertahan hidup. Ia pun mampu berbuah. Bahkan, buahnya manis. Makin tua pohonnya, makin manis buahnya! Daya tahan pohon korma terletak pada akarnya. Ketika biji korma tumbuh, akarnya lebih dulu tumbuh menghunjam jauh ke dalam tanah. Mencari air. Baru setelah itu tumbuh batang dan daunnya.

Pemazmur menggambarkan orang beriman bagaikan pohon korma yang ditanam di bait Tuhan. Firman dan kehadiran Tuhan menjadi makanannya. Ini membuatnya bertumbuh sehat dari tahun ke tahun. Hasilnya? Setelah menjadi tua, ia tetap dapat berbuah manis sekalipun tubuh makin renta dan sakit-penyakit melanda. Ketika kecantikan fisik memudar, kecantikan batin makin nampak. Ia puas terhadap Tuhan. Ia tidak menuduh Tuhan curang (ayat 16), sehingga dapat bersaksi tentang kebaikan-Nya. Sebaliknya, orang tak beriman digambarkan seperti tumbuh-tumbuhan yang tak berbuah (ayat 8). Bertambahnya usia membuat hati mereka menjadi makin pahit, bukan makin manis. Tumpukan persoalan, dendam, dan kekecewaan memenuhi hati. Bagi mereka, masa tua menakutkan dan menyedihkan.

Cobalah periksa; dari tahun ke tahun, hidup Anda makin manis atau makin pahit? Makin suka bersyukur atau mengeluh? Makin puas dengan Tuhan dan sesama, atau makin kecewa? Makin mudah mengampuni atau makin menumpuk dendam? Tanamlah diri Anda di Bait Tuhan. Serap dan taati firman-Nya. Hidup Anda pun akan berbuah manis bagai korma!

Bisa menghadapi tiap hari dengan senyuman
adalah berkat istimewa dari Tuhan

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Penulis: Juswantori Ichwan 

Rabu, 27 Oktober 2010

Orang Yang Paling Bahagia Di Dunia


Dalam sebuah artikel yang dimuat oleh koran Kompas pada 22 Maret 2008, sebuah pernyataan menarik diungkapkan oleh dewan pengamatan propinsi British Colombia, Kanada : "Sudah sering terdengar bahwa uang tidak dapat membeli kebahagiaan. Namun itu kuno, karena pada nyatanya uang bisa membawa kebahagiaan." Menariknya lagi ada sebuah tulisan yang menyatakan bahwa, "uang sangat mungkin mendatangkan kebahagiaan sepanjang uang itu dipakai untuk tujuan sosial", tutur para ilmuwan di Vancouver yang diterbitkan majalah Science edisi Jumat, 21 Maret 2008.]

Menurut Elizabeth Dunn, psikolog dari University of British Columbia, "penelitian menunjukkan sikap memberi menghasilkan efek bahagia". Untuk menyimpulkan hal ini, ia bersama Lara Aknin dan Michael Norton, mahasiswa Harvard Bussines School, melakukan observasi dengan orang-orang yang menghasilkan 2 kategori :

Pertama, orang yang memiliki uang dengan kecenderungan berbelanja untuk kepentingan pribadi, selalu diwarnai dengan mengomel, tidak puas, adu mulut dengan kasir toko, memarahin anak dan para isteri kesal pada suaminya karena masih banyak barang yang tidak bisa dibeli.

Kedua, orang yang mengalokasikan sebagian uangnya untuk tujuan sosial seperti menyumbangkan ke yayasan-yayasan atau orang lain yang membutuhkan, hasilnya ternyata : kelompok orang seperti ini merasa lebih berbahagia dalam hidupnya.

Jika hari ini Anda ingin memilih hidup berbahagia dan terus mengalaminya sepanjang perjalanan hidup di dunia ini, Berbagilah. Semakin sering Anda memberi maka Anda akan menerima kebahagiaan yang lebih besar dari apa yang pernah terbayangkan oleh diri Anda sendiri.

Lebih baik memberi daripada menerima, Anda berani melakukanya? Jangan tunda-tunda lagi

Belajar Pada MURAI


Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga (Matius 6:26)

Burung-burung yang beterbangan secara liar memang tidak menabur dan menuai. Namun, pemeliharaan Tuhan terus mereka alami, sebab mereka bekerja keras sepanjang hari. Sebuah penelitian terhadap aktivitas kehidupan burung menemukan fakta bahwa burung murai, sebagai contoh, setiap hari bangun dini hari pukul 2.30 dan mencari makan hingga larut pukul 21.30. Jadi, setiap hari mereka bekerja selama 19 jam. Tak cuma itu. Burung murai bolak-balik ke sarangnya hingga sekitar 200 kali sehari, demi memberi makan anak-anaknya.

Berapa lama kita bekerja dalam sehari? Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Kita tidak dapat berpangku tangan dan berdoa meminta Tuhan menurunkan berkat-Nya dari langit secara ajaib. Ada bagian yang harus kita kerjakan dan Tuhan akan mengerjakan bagian-Nya. Semangat dan keuletan burung murai justru menjadi teladan indah bagi kita. Diam berpangku tangan dan tidak melakukan apa-apa hanya mendatangkan kesia-siaan. Namun, ketika kita berusaha, maka berkat Allah akan mengikuti kita.

Yang penting adalah, sekeras apa pun kita berusaha memenuhi kebutuhan, kita mesti selalu mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya (ayat 33); mendahulukan nilai-nilai kekudusan dan kebenaran yang Allah tetapkan, melandasi setiap karya dan kerja dengan kasih, dan sebagainya. Sebab justru di situlah kunci berkat itu berada. Ketika Dia menjadi yang utama, maka pemeliharaan- Nya akan ditambahkan dengan murah hati kepada kita. Sebab ketika kita ada di jalan-Nya, apa pun yang kita usahakan pasti akan Dia berkati.

TUHAN YANG MEMBERKATI ADALAH TUHAN YANG TERUS BEKERJA MAKA KITA YANG RINDU DIBERKATI JUGA HARUS GIAT BEKERJA 

Cantik

Amsal 31:10-31

31:10 Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.

31:11 Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.

31:12 Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.

31:13 Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya.

31:14 Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya.

31:15 Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan 
membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.

31:16 Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya.

31:17 Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya.

31:18 Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.

31:19 Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal.

31:20 Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.

31:21 Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap.

31:22 Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya.

31:23 Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri.

31:24 Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang.

31:25 Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan.

31:26 Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.

31:27 Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.

31:28 Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia:

31:29 Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.

31:30 Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.

31:31 Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang! 


Bacaan FT: Amsal 31:10-31

Ayat Mas : Amsal 31:30


Maria Hartiningsih, wartawan harian Kompas, menulis, “Kalau ingin mata yang indah, carilah kebaikan dalam diri setiap orang; kalau ingin bibir yang menawan, ucapkanlah kata-kata yang bijaksana; kalau ingin tubuh yang semampai, berjalanlah dengan ilmu pengetahuan; dan kalau ingin tubuh yang langsing, berbagilah makanan dengan orang yang miskin.”

Wataklah yang membuat cantik, bukan sekadar penampilan fisik. Kebijaksanaan wanita yang digambarkan dalam amsal ini terlihat dari perilakunya terhadap suami, anak, pekerjaan, dan rumahnya. Rambut yang indah, mata yang cantik, bibir yang menarik ataupun tubuh yang menawan tidak disinggung sama sekali.

Akan tetapi, yang ditekankan adalah bahwa karena perbuatannyalah seorang wanita bijak layak dipuji (ayat 31), sama sekali bukan rupa dan keindahan jasmaniahnya. Wanita yang bijak ini pandai mengatur rumahnya, terampil dalam kerjanya, dan tenang menghadapi masa depannya. Ia “cantik” karena kepribadian dan kebajikannya yang luhur.

Keindahan wanita luhur dalam amsal ini seperti menggugat iklan dan promosi kecantikan yang sungguh memborbardir imajinasi kita akan kecantikan. Sampo, sabun, kosmetik, suplemen, perawatan wajah dan kulit, bahkan sampai operasi plastik; sebagian besar berisi ilusi akan kecantikan.

Mampu mengubah permukaan wajah, namun mengabaikan keindahan batiniah. Cantik seperti itu akan sia-sia jika tidak disertai kebaikan, keramahan, dan budi pekerti. Jadilah cantik di dalam watak Anda, sebab kecantikan kulit akhirnya akan sirna ditelan masa.

CANTIK WAJAH ITU RELATIF DAN SEMENTARA TETAPI INDAHNYA WATAK ITU LEBIH KUAT DAN LEBIH KEKAL

Damai dari TUHAN YESUS menyertaimu .

Penulis: Denni Boy Saragih 

Kamis, 21 Oktober 2010

Dimulai Dari Diri Sendiri

Kejadian 27:30-36

27:30 Setelah Ishak selesai memberkati Yakub, dan baru saja Yakub keluar meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari berburu.

27:31 Ia juga menyediakan makanan yang enak, lalu membawanya kepada ayahnya. Katanya kepada ayahnya: "Bapa, bangunlah dan makan daging buruan masakan anakmu, agar engkau memberkati aku."

27:32 Tetapi kata Ishak, ayahnya, kepadanya: "Siapakah engkau ini?" Sahutnya: "Akulah anakmu, anak sulungmu, Esau."

27:33 Lalu terkejutlah Ishak dengan sangat serta berkata: "Siapakah gerangan dia, yang memburu binatang itu dan yang telah membawanya kepadaku? Aku telah memakan semuanya, sebelum engkau datang, dan telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati."

27:34 Sesudah Esau mendengar perkataan ayahnya itu, meraung-raunglah ia dengan sangat keras dalam kepedihan hatinya serta berkata kepada ayahnya: "Berkatilah aku ini juga, ya bapa!"

27:35 Jawab ayahnya: "Adikmu telah datang dengan tipu daya dan telah merampas berkat yang untukmu itu."

27:36 Kata Esau: "Bukankah tepat namanya Yakub, karena ia telah dua kali menipu aku. Hak kesulunganku telah dirampasnya, dan sekarang dirampasnya pula berkat yang untukku." Lalu katanya: "Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?" 


Bacaan FT : Kejadian 27: 30-36

Ayat Mas : Matius 7:12


Penipu dan pengecut. Awalnya, Yakub jelas bukan tokoh Alkitab favorit saya. Akan tetapi, ternyata ia mengajarkan saya sebuah filosofi hidup yang penting: setiap perbuatan memiliki konsekuensi yang akan kembali pada kita; entah perbuatan baik, atau pun perbuatan buruk. Dalam kalimat yang lain, seperti yang dikatakan Paulus, “Apa yang ditabur, itu juga yang dituai.”

Pengalaman hidup Yakub menunjukkan “hukum” tersebut. Pada masa muda, Yakub menipu ayahnya, Ishak, dan kakaknya, Esau. Ternyata kemudian, ketika ia melarikan diri dari rumahnya, ia ditipu pamannya, Laban (Kejadian 29:1-30). Dan bahkan di saat usianya telah beranjak tua, ia ditipu pula oleh anak-anaknya (Kejadian 37: 31-35).

Maka betapa pentingnya kita menjaga sikap dan perilaku kita sendiri. Di kemudian hari, pada masa Perjanjian Baru, Tuhan Yesus berulang kali menekankan pentingnya memulai perbuatan baik dari diri sendiri. Misalnya, jangan menghakimi kalau tidak mau dihakimi dengan takaran yang sama. Salah satu yang paling terkenal tentu ucapan-Nya dalam doa Bapa Kami: “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”

Kerap kali kita frustasi ketika berada dalam situasi yang kurang baik. Acap kali kita pusing berputar-putar mencari solusi atas permasalahan yang menghadang. Tetapi barangkali kita lupa bahwa kunci terpentingnya ada dalam diri kita sendiri. Seperti yang sering dikatakan oleh orang bijak: jika kita ingin membuat dunia menjadi lebih baik, ubahlah diri kita sendiri dulu.

Apabila segala sesuatu akhirnya kembali kepada kita
apakah yang akan kita gemakan?

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Penulis: Olivia Elena 

Rabu, 20 Oktober 2010

Kencana Wingka

Mazmur 127

127:1 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

127:3 Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.

127:4 Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.

127:5 Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang. 

Bacaan FT : Mazmur 127

Ayat Mas : Mazmur 127:3

Wingka ialah pecahan genting, sedangkan kencana berarti emas. Meskipun sejatinya hanya pecahan genting, ia dianggap sebagai sebungkah kencana, emas yang amat berharga. Begitulah cara pandang orang Jawa terhadap sosok anak. Mereka menggunakan istilah kencana wingka untuk menggambarkan kasih sayang orangtua kepada anak mereka. Sejelek-jeleknya, sebodoh-bodohnya, atau senakal-nakalnya si anak, orangtua akan tetap mengasihi dan menyayanginya, bahkan jika perlu membela kelemahannya itu.

Pandangan ini mengandung kebaikan selama kita menerapkannya secara wajar. Sayangnya, orang cenderung bersikap berlebihan. Di satu sisi, sebagian orangtua menganggap anak sebagai kencana yang tidak boleh dicolek sedikit pun: dimanjakan, dituruti semua permintaan dan kemauannya, dibiarkan saja ketika melakukan pelanggaran atau tidak taat. Di sisi lain, ada orangtua yang memperlakukan anak sebagai “wingka”, merendahkan dan menginjak-injaknya, seperti yang terungkap dalam berbagai kasus kekerasan di dalam rumah tangga.

Alkitab menyetujui pandangan bahwa anak itu kencana. Ya, anak adalah karunia Tuhan yang sangat berharga. Ia pun diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Namun, anak kita juga mengandung wingka, tabiat dosa yang mencemari semua manusia. Jadi, kita sepatutnya mengasihi dan menghargai anak tanpa mengabaikan kecenderungan berdosa yang membuatnya suka melawan. Untuk itu, kita tidak boleh melalaikan pendidikan dan pendisiplinan anak, yang akan membentuknya menjadi “anak panah di tangan pahlawan”, memenuhi panggilan Tuhan bagi hidupnya.

KASIH BUKAN HANYA DIUNGKAPKAN MELALUI PELUKAN
NAMUN JUGA MELALUI TEGURAN DAN DIDIKAN

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Penulis: Arie Saptaji 

Selasa, 19 Oktober 2010

Menghadapi Raksasa Kehidupan

1 Samuel 17:40-58

17:40 Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu.

17:41 Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya.

17:42 Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya.

17:43 Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud.

17:44 Pula orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang."

17:45 Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.

17:46 Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah,

17:47 dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."

17:48 Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin itu;

17:49 lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah.

17:50 Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan.

17:51 Daud berlari mendapatkan orang Filistin itu, lalu berdiri di sebelahnya; diambilnyalah pedangnya, dihunusnya dari sarungnya, lalu menghabisi dia. Dipancungnyalah kepalanya dengan pedang itu. Ketika orang-orang Filistin melihat, bahwa pahlawan mereka telah mati, maka larilah mereka.

17:52 Maka bangkitlah orang-orang Israel dan Yehuda, mereka bersorak-sorak lalu mengejar orang-orang Filistin sampai dekat Gat dan sampai pintu gerbang Ekron. Dan orang-orang yang terbunuh dari orang Filistin bergelimpangan di jalan ke Saaraim, sampai Gat dan sampai Ekron.

17:53 Kemudian pulanglah orang Israel dari pemburuan hebat atas orang Filistin, lalu menjarah perkemahan mereka.

17:54 Dan Daud mengambil kepala orang Filistin yang dipancungnya itu dan membawanya ke Yerusalem, tetapi senjata-senjata orang itu ditaruhnya dalam kemahnya.

17:55 Ketika Saul melihat Daud pergi menemui orang Filistin itu, berkatalah ia kepada Abner, panglima tentaranya: "Anak siapakah orang muda itu, Abner?" Jawab Abner: "Demi tuanku hidup, ya raja, sesungguhnya aku tidak tahu."

17:56 Kemudian raja berkata: "Tanyakanlah, anak siapakah orang muda itu."

17:57 Ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, maka Abner memanggilnya dan membawanya menghadap Saul, sedang kepala orang Filistin itu masih ada di tangannya.

17:58 Kata Saul kepadanya: "Anak siapakah engkau, ya orang muda?" Jawab Daud: "Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem itu." 

Bacaan FT : 1 Samuel 17:40-58

Ayat Mas : 1 Samuel 17:45


Pada saat kita harus berhadapan dengan kesukaran yang teramat besar. Entah berupa penyakit yang tak kunjung sembuh, atau tekanan pekerjaan yang sangat berat; entah juga berupa kehadiran “orang sulit” di dekat kita—atasan di kantor, rekan sepelayanan, klien, tetangga—sangat menjengkelkan, tetapi kita tidak bisa hindari. Atau, bisa juga berupa kebiasaan buruk yang terus membelenggu, kita ingin menjauh, tetapi tak juga bisa lepas. Semua itu membuat kita merasa kecil dan tak berdaya.

Dalam keadaan demikian, kita bisa belajar dari Daud ketika menghadapi Goliat. Secara fisik, Daud sangat tidak sebanding dengan Goliat. Daud berperawakan biasa, Goliat raksasa. Daud penggembala kambing domba, Goliat prajurit profesional. Daud bersenjata “umban dan batu” (ayat 40), Goliat bersenjata perang lengkap (1 Samuel 17:5-7). Namun akhirnya, kita semua tahu, Daud berhasil mengalahkan Goliat (ayat 50). Apa kunci sukses Daud? Daud berhasil karena ia berfokus kepada Allah (ayat 45-47).

Ya, jika kita berfokus pada kesukaran yang menghadang, maka kesukaran itu akan kita rasakan berkali-kali lipat lebih besar daripada yang sebenarnya. Efeknya, kita akan merasa kecil dan tidak berdaya. Seperti kesepuluh pengintai yang diutus Musa (Bilangan 13:32,33). Kalah sebelum bertanding. Namun, kalau kita berfokus pada Allah—pada kasih dan kuasa-Nya—kita akan mendapat kekuatan ekstra untuk menghadapi segala tantangan. Kita memang lemah, tetapi Allah yang memiliki kita, Mahakuat. Bersama-Nya kita bisa, dan tidak ada alasan untuk kita tidak sanggup mengatasi kesukaran sebesar apa pun.

DI DALAM TUHAN TIDAK ADA GUNUNG
YANG TERLALU TINGGI UNTUK DIDAKI

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu
 

Senin, 18 Oktober 2010

Satu

Matius 25:14-30

25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.

25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.

25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.

25:17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.

25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.

25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.

25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.

25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.

25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!

25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?

25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.

25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.

25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Bacaan FT : Matius 25:14-30

Ayat Mas : Roma 5:15


Jumlah satu itu sedikit atau banyak? Tergantung satu apa? Satu rupiah sedikit. Satu juta rupiah banyak. Satu menit sebentar. Satu hari lumayan. Satu tahun waktu yang lama. Apalagi satu abad. Satu butir nasi apalah artinya. Satu piring nasi barulah namanya makan. Satu bakul nasi jatah 4 atau 5 orang. Sekali lagi, tergantung satu apa?

Pada masanya, satu talenta bukan jumlah yang sedikit. Bahkan sesungguhnya, sangat besar. Talenta adalah satuan (berat) uang Yunani yang tertinggi nilainya. Dengan satu talenta saja, orang sudah bisa membeli 200 ekor lembu! Masing-masing hamba memang diberi jumlah talenta yang berbeda. Tetapi yang paling sedikit pun tetap berjumlah besar. Jadi, tidak ada alasan untuk memendamnya. Tidak ada alasan untuk ber­kata “tidak cukup”. Bagaimana kalau masih dipendam juga? Tidak ada penyebab lain lagi, selain kenyataan bahwa ia adalah hamba yang malas! (ayat 26). Ia mengira jumlah satu itu sedikit dan tak ada artinya memiliki hanya satu talenta.

Kita pun sering begitu. Mengira satu itu kecil! Apalah artinya? Padahal tidak. Satu senyuman memulai sebuah persahabatan. Satu nyanyian ikut mencipta suasana romantis. Satu tepukan di pundak mampu memompa semangat. Satu bintang dapat memandu pelaut. Satu hak-suara sanggup mengubah wajah suatu bangsa. Satu langkah menjadi awal sebuah perjalanan panjang. Satu kata mengawali sebuah doa. Satu orang diri Anda berharga di mata-Nya. Satu orang beriman bisa menghantar 10, 100, bahkan 1.000 orang untuk mengenal Tuhan. Satu peran menjadikan sebuah pelayanan lengkap. Jadi, mengapa tidak mulai dari yang satu itu?

SEMUA ANGKA LAIN BERAWAL DARI ANGKA SATU
SEMUA MIMPI BESAR DIMULAI OLEH SATU TINDAKAN KECIL

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Sabtu, 16 Oktober 2010

Masalahnya Adalah Dosa

Nehemia 1

1:1 Riwayat Nehemia bin Hakhalya. Pada bulan Kislew tahun kedua puluh, ketika aku ada di puri Susan,

1:2 datanglah Hanani, salah seorang dari saudara-saudaraku dengan beberapa orang dari Yehuda. Aku menanyakan mereka tentang orang-orang Yahudi yang terluput, yang terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem.

1:3 Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar."

1:4 Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit,

1:5 kataku: "Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya,

1:6 berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa.

1:7 Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu.

1:8 Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa.

1:9 Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana.

1:10 Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat?

1:11 Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini." Ketika itu aku ini juru minuman raja.

------------------------------------------------------------------

1 Yohanes 1:9

1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. 

Bacaan FT : Nehemia 1

Ayat Mas : 1 Yohanes 1:9


Seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan masalah? Manusia memang memiliki kepintaran, sehingga sanggup menyelesaikan banyak permasalahan yang ada di dunia. Buktinya adalah kemajuan teknologi.

Teknologi muncul karena ada masalah yang dihadapi manusia. Namun, jika kita bertanya seberapa besar kemampuan manusia dalam menyelesaikan dosa, jawabannya adalah tidak ada. Hanya Tuhan yang sanggup menyelesaikan dosa manusia.

Nehemia sangat menyadari hal tersebut ketika ia harus menyelesaikan permasalahan bangsanya. Nehemia tahu bahwa bangsanya bukan hanya memiliki masalah secara politis, melainkan dosalah yang menjadi akar persoalan dari kehidupan bangsanya tersebut. Oleh sebab itu, hal pertama yang dilakukannya adalah datang kepada Tuhan dan berdoa.

Ia mengakui bahwa dirinya serta bangsanya telah berbuat dosa, mengakibatkan mereka dibuang ke Babel. Ia lalu memohon pengampunan dosa. Nehemia sadar bahwa yang sanggup memulihkan kondisi bangsanya adalah Allah sendiri. Ia memohon agar Tuhan mengampuni dan memulihkan Yerusalem.

Berbagai masalah dalam hidup kita tak jarang berakar pada dosa. Jangan hanya berfokus pada masalah itu sendiri, lihatlah lebih dalam kepada dosa yang menyebabkannya. Sebelum kita “membereskan” masalah kita, baiklah terlebih dahulu kita membereskan dosa kita di hadapan Tuhan.

Bertobatlah, dan mintalah ampun kepada-Nya. Pemulihan relasi dengan Tuhan ini dapat menjadi dasar dan sumber kekuatan bagi kita untuk menghadapi masalah yang ada.

Rekonsiliasi dengan Tuhan adalah dasar hidup yang kokoh

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Jumat, 15 Oktober 2010

Hara Hachi Bu

Keluaran 16:13-17

16:13 Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu.

16:14 Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.

16:15 Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: "Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu.

16:16 Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa."

16:17 Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada yang banyak, ada yang sedikit.

Bacaan FT : Keluaran 16:13-17

Ayat Mas : Keluaran 16:16

Penduduk kota Okinawa, Jepang, berjumlah sekitar satu juta jiwa. Dan 900.000 orang di antaranya berusia di atas 100 tahun. Tahun 2008 majalah BBC News mendaulat masyarakat Okinawa sebagai salah satu komunitas penduduk dengan tingkat harapan hidup tertinggi di dunia. Apa rahasianya? Konon, karena penduduk Okinawa sangat kuat menjaga dan menjalankan tradisi hara hachi bu. Itu pepatah Jepang yang artinya: makanlah hanya sampai 80% kenyang. Dengan kata lain, makan secukupnya, jangan sampai kekenyangan.

Makan secara berlebihan tidak hanya tidak sehat secara jasmani, tetapi juga secara rohani. Sebab itu menunjukkan ketidakmampuan mengendalikan diri. Perintah Tuhan kepada umat Israel dalam peristiwa turunnya manna adalah, “Ambillah secukupnya” (ayat 16). Sejajar dengan ucapan Yesus: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Matius 16:24). Secara sederhana menyangkal diri artinya: menahan diri atau mengendalikan diri.

Manusia cenderung memilih hal yang “enak”. Walau “secara akal”, tahu itu tidak sehat, tidak baik, tetapi karena “secara rasa” menyenangkan, enak, nikmat, jadinya tetap dilakukan juga. Padahal tidak jarang “yang enak” itu justru bisa menjerumuskan. Di sinilah pentingnya penyangkalan diri. Salah satu batu uji paling sederhana berkenaan dengan sikap menyangkal diri adalah: makan. Sebab biasanya kalau sudah enak makan, orang jadi suka lupa diri; makan terus sampai perut tidak lagi muat menampung makanan. Kita perlu belajar mengendalikan diri, mulai dengan mengendalikan pola makan.

MAKAN UNTUK HIDUP
BUKAN HIDUP UNTUK MAKAN

Damai dari Yesus Kristus menyertaimu

Kamis, 14 Oktober 2010

Mengapa Perlu Ke Gereja??

Ibrani 10:22-26

10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.

10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

10:26 Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. 

Bacaan FT : Ibrani 10:22-26

Ayat Mas : Ibrani 10:25


Dalam rubrik Surat Pembaca di sebuah majalah gereja, ada seseorang yang mengirimkan surat berikut: “Saya sudah pergi ke gereja selama 30 tahun. Selama itu saya telah mendengar ribuan kali khotbah. Tetapi, hingga kini saya tidak bisa mengingat satu per satu khotbah yang pernah saya dengar itu. Jadi, rasanya saya telah memboroskan banyak waktu, begitu juga para pendeta itu dengan khotbah-khotbah mereka.”

Surat itu memicu banyak tanggapan dari pembaca majalah tersebut. Sampai akhirnya seorang pembaca lain menulis demikian: “Saya sudah menikah selama 30 tahun. Selama itu istri saya telah memasak ribuan kali untuk saya. Hingga kini saya tidak bisa mengingat satu per satu masakan istri saya. Tetapi saya tahu, bahwa masakan-masakan itu telah memberi tubuh saya kekuatan yang diperlukan untuk hidup sampai sekarang.”

Disadari atau tidak, sebetulnya ada banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh dengan kita ke gereja; baik melalui ibadah yang kita ikuti—firman yang ditabur, doa yang dipanjatkan, dan nyanyian yang dinaikkan dalam ibadah; akan menjadi “pupuk yang subur” bagi pertumbuhan iman kita—maupun melalui persekutuan dengan sesama saudara seiman; di mana kita dapat saling memperhatikan, saling mendukung dalam kasih dan dalam perbuatan baik. Itulah sebabnya penulis Surat Ibrani pun menasihatkan supaya kita jangan menghindari pertemuan-pertemuan ibadah.

Jadi, jangan berpikir bahwa ke gereja itu hanya membuang-buang waktu dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Itu salah besar.

PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN DAN SAUDARA SEIMAN
TIDAK AKAN SIA-SIA

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Selasa, 12 Oktober 2010

Dusta

Kisah Para Rasul 5:1-11

5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah.

5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?

5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."

5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.

5:6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya.

5:7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi.

5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian."

5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar."

5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya.

5:11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu. 

Bacaan FT : Kisah Para Rasul 5:1-11

Ayat Mas : Amsal 3:32


Membiarkan berkembangnya sesuatu yang berpengaruh buruk adalah kesa­lah­an serius.

Ibarat penyakit menular, jika di­biarkan ia akan semakin banyak me­ma­kan korban. Ibarat sel kanker, jika sudah ber­kembang hingga ke stadium lanjut, ia akan semakin sukar dilumpuhkan. Ibarat ke­biasaan buruk, jika dibiarkan sejak a­nak-anak akan menjadi watak yang buruk.

Da­ya rusaknya sudah terlampau kuat un­tuk dihambat. Satu-satunya cara me­ng­a­tasi hanya dengan mencegah atau mem­berantasnya selagi masih dini. Gereja di zaman para rasul tentu ma­sih amat “muda”. Tugasnya adalah men­ja­di saksi kebenaran injil Yesus Kristus.

Dalam pengadilan di masa itu, kebenaran se­buah kesaksian harus dikukuhkan oleh dua orang saksi. Jadi, banyak murid diutus berpasangan—seperti Pe­trus dan Yohanes atau Paulus dan Barnabas—untuk meneguhkan ke­­be­nar­an injil. Dusta adalah dosa yang bertolak belakang dengan tu­gas menjadi saksi. Menjadi saksi harus berkata benar.

Oleh sebab itu, ketika ada dua orang murid bersepakat dalam sebuah dusta, me­reka dihukum dengan amat serius untuk menjadi peringatan bagi semua orang. Se­bab seorang saksi tak mungkin berkompromi de­ngan dusta. Itulah sebabnya kita tertegun membaca tentang hu­kum­an berat yang harus dialami oleh pa­sangan Ananias dan Sa­fi­ra.

Ada hal-hal dalam kehidupan ini yang tidak bisa dikompro­mi­kan, sebab sejak dari akarnya sudah bertolak belakang. Termasuk dus­ta melawan kebenaran. Jika kebiasaan buruk berdusta dibiarkan, ia akan menjadi bencana di kemudian hari. Kita harus bersikap tegas terhadapnya


TIADA CARA LAIN UNTUK MEMERANGI DUSTA SELAIN MEMANGKASNYA SEDINI DAN SESERIUS MUNGKIN

Damai dari Tuhan Yesus Menyertaimu

Melihat dengan Benar

(1) Mazmur Daud. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.

(2) Aku berkata, "Engkaulah Tuhanku, kebahagiaanku, tak ada yang melebihi Engkau!"

(3) Kuhormati orang-orang suci di negeri ini; kesukaanku ialah tinggal bersama mereka.

(4) Biarlah orang yang menyembah dewa-dewa bertambah-tambah kesedihannya. Aku tak mau berkurban kepada dewa-dewa, bahkan tak mau menyebut nama mereka.

(5) TUHAN, Engkau saja yang kumiliki; Engkau memberi segala yang kuperlukan, nasibku ada di tangan-Mu.

(6) Sungguh indah pemberian-Mu bagiku, sangat menyenangkan hatiku!

(7) Aku memuji TUHAN yang menasihati aku; di waktu malam pun suara hatiku mengajari aku.

(8) Aku selalu ingat kepada TUHAN; Ia ada di sampingku, maka aku tidak goyah.

(9) Sebab itu hatiku gembira dan jiwaku bersorak, dan tubuhku beristirahat dengan tentram.

(10) Sebab Engkau tidak membiarkan aku mati; orang yang Kaukasihi tidak Kaubiarkan binasa.

(11) Kautunjukkan kepadaku jalan menuju kehidupan; pada-Mu aku mendapat kegembiraan berlimpah dan kebahagiaan untuk selama-lamanya.

Bacaan FT : Mazmur 16

Ayat Mas: Mazmur 16:5

Seorang pendeta ditanyai apa yang menjadi kunci kepuasan hatinya. Ia menjawab, ”Kuncinya terletak pada penggunaan mata secara benar.

Dalam keadaan apa pun, saya terlebih dahulu mengangkat kepala, melihat ke surga, dan menyadari bahwa tujuan utama saya di bumi ini adalah untuk kembali ke sana.

Kemudian, saya akan melihat ke tanah, dan menyadari betapa kecilnya tempat yang diperlukan untuk menguburkan saya jika saya mati nanti. Lalu, saya akan memandang ke sekeliling, dan mengamati tidak sedikit orang yang dalam berbagai hal lebih menderita dari saya.

Dari situ saya belajar letak kebahagiaan yang sejati, akhir dari segala kekhawatiran kita, dan betapa sedikitnya alasan untuk mengeluh.”

Kepuasan hati adalah soal cara pandang dan pola pikir. Menurut kamus Alkitab, kepuasan hati bersumber dari sikap yang sedia membatasi keinginan diri menurut bagian yang ditentukan bagi kita.

Tanpa kepuasan, kita akan dirongrong kecemburuan, ketamak­an, kekhawatiran. Bukannya mengucap syukur, kita malah mengeluh.

Daud menemukan kepuasan hati dengan menjadikan Tuhan sebagai bagian warisan dan pialanya. Warisan mengacu pada kekekalan yang akan kita nikmati dalam persekutuan dengan Tuhan.

Adapun piala mengacu pada pemeliharaan dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ia puas dengan kebaikan Tuhan di bumi ini dan di dalam kekekalan.

Kita bisa belajar melihat “ke surga”, “ke tanah”, dan “ke sekeliling” menyadari kemurahan Tuhan di dalam hidup kita dan mengingat pengharapan kekal yang kita miliki di dalam Dia. Kiranya hal itu memenuhi hati kita dengan rasa syukur dan rasa puas.

KEPUASAN SEJATI TIDAK AKAN KITA TEMUKAN DARI KEADAAN SEKITAR TETAPI SUATU KARUNIA YANG DILIMPAHKAN DARI SURGA

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .


Senin, 11 Oktober 2010

Bersikap Adil

Yesaya 11:1-5

11:1 Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.

11:2 Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;

11:3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.

11:4 Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.

11:5 Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.

Bacaan FT : Yesaya 11:1-5

Ayat Mas : Yesaya 11:2,3

Dua orang pemuda melamar kerja. Yang pertama pandai, ulet, dan jujur, tetapi tidak pandai bicara. Penampilannya pun kurang rapi. Pemuda kedua seorang pemalas yang tidak jujur, tetapi bermulut manis dan berpakaian necis. Ketika diwawancara, ternyata si pemuda kedua diterima! Sebuah keputusan yang tidak adil, tetapi dapat dipahami. Kita cenderung menilai seseorang berdasar kesan pertama. Tidak objektif, sebab kita tidak tahu isi hatinya. Akibatnya, kita jadi sulit bersikap adil.

Dalam dunia yang tidak adil, Nabi Yesaya menubuatkan akan datangnya Mesias sebagai Hakim Adil. Nubuat ini menunjuk pada Kristus. Dia bisa bersikap adil sebab memiliki Roh hikmat dan pengertian. Dia mengenal isi hati seseorang; bisa melihatnya secara objektif, sehingga dapat bersikap adil. Penghakiman-Nya bukan berdasarkan kesan pertama yang menipu. Tidak juga dipengaruhi oleh apa kata orang (ayat 3). Mesias akan membela mereka yang selama ini menjadi korban ketidakadilan dari penguasa. Dia akan berpihak kepada mereka yang tidak diperlakukan secara adil: lemah, tersisih, dan tidak dimengerti.

Apakah Anda merasa diperlakukan tidak adil? Apakah orang kerap salah memahami Anda? Datanglah kepada Yesus yang mengenal Anda luar-dalam. Dia tidak akan menghakimi Anda seperti orang lain. Tuhan kita Raja Keadilan! Periksalah juga bagaimana cara Anda menilai sesama, terutama bawahan Anda. Sudahkah Anda bersikap adil? Apakah penilaian Anda sering dipengaruhi oleh apa kata orang atau kesan pertama Anda tehadapnya? Mintalah hikmat agar Dia memampukan Anda bersikap adil.

SETIAP ORANG YANG MENGAKU DIRI ANAK TUHAN
HARUS MENJADI PEJUANG KEADILAN

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu

Perbuatan Baik

Galatia 6:1-10

6:1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.

6:2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.

6:3 Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.

6:4 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.

6:5 Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.

6:6 Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.

6:7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.

6:8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

6:9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.

6:10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.

Bacaan FT : Galatia 6:1-10

Ayat Mas: Galatia 6:10

Dibanding para selebriti Indonesia, nama Agus Bambang Priyanto memang kalah tenar. Namun, majalah Time mendaulatnya menjadi salah satu Asean Heroes tahun 2003, berkat upayanya yang tak kenal lelah memimpin penyelamatan para korban bom Bali; mengangkut korban tewas; membopong mereka yang terluka; mengumpulkan harta milik korban untuk diserahkan kepada keluarga; mengatur lalu lintas ambulans.

Bambang bukan petugas. Ia rakyat biasa. Ia melakukan semua itu secara spontan, tanpa diminta.

Untuk menerima penghargaan itu, termasuk hadiah uang ratusan juta, Bambang diundang ke Jepang. Namun, ia menolak pergi. Ia merasa bukan pahlawan.

Menurutnya, apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang wajar dilakukan setiap orang ketika melihat sesamanya menderita. Tentang uang hadiah, Bambang beralasan, tidak layak menerima hadiah di atas penderitaan orang lain.

Alangkah indahnya hidup bermasyarakat, apabila setiap orang terdorong untuk saling berbuat baik; bukan untuk saling memanfaatkan. Kepada jemaat Galatia Paulus juga menasihatkan agar mereka tidak jemu-jemu berbuat baik (ayat 9).

Dengan begitu, mereka telah memenuhi hukum Kristus (ayat 2). Tentu tidak harus dalam peristiwa besar seperti yang dilakukan oleh Agus Bambang Priyanto, tetapi juga bisa dalam kejadian sehari-hari. Kuncinya adalah kepekaan dan ketulusan untuk menolong sesama.

Hari ini, adakah sesama yang membutuhkan perbuatan baik kita; mungkin tetangga sebelah rumah, atau rekan sekerja di kantor, atau siapa saja? Semoga kita tidak membiarkan kesempatan berbuat baik itu berlalu begitu saja.

LAKUKAN PERBUATAN BAIK KEPADA ORANG LAIN
MINIMAL SATU PERBUATAN UNTUK SATU HARI

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Minggu, 10 Oktober 2010

Garam Tawar

Matius 5:13-16

5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Bacaan FT : Matius 5:13-16

Ayat Mas : Matius 5:13

Ketika garam dikumpulkan dari wilayah Laut Mati, ada garam yang asin dan baik untuk bumbu dapur, ada pula garam yang tawar. Garam yang tawar ini tidak dibuang, tetapi disimpan di Bait Allah di Yerusalem.

Pada musim dingin ketika hujan turun, ubin pelataran Bait Allah menjadi licin, dan garam tawar itu ditaburkan untuk mengurangi kelicinan. Begitulah, garam yang tawar itu diinjak-injak orang banyak.

Garam memiliki ciri-ciri yang menggambarkan bagaimana seharusnya pengaruh umat beriman terhadap kehidupan dunia sekitarnya. Garam biasanya digunakan sebagai penyedap rasa.

Orang percaya seharusnya menegakkan kesadaran moral suatu bangsa, sehingga dalam setiap aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, budaya maupun pendidikan, dapat dirasakan adanya pengaruh dari cara-cara Allah.

Jika digunakan untuk menggarami buah anggur, garam membuat buah itu terasa manis. Orang percaya seharusnya dapat pula “memaniskan” kepahitan hati orang-orang yang merasa tertindas dan tersingkir.

Garam dapat digunakan untuk mematikan rumput-rumput liar yang tumbuh pada retakan jalan setapak. Pelanggaran moral yang terjadi di bangsa ini seharusnya dapat dilenyapkan oleh pengaruh jemaat Tuhan.

Garam dapat melembutkan es. Kita seharusnya dapat “mencairkan” kebekuan hati orang yang mengeraskan diri dan menentang kebenaran Allah. Dan garam dapat mengawetkan makanan atau membuatnya tidak segera membusuk. Umat kristiani seharusnya juga mempunyai pengaruh yang melindungi bangsa ini dari kemerosotan moral.

Apakah kita “asin” dan memberi dampak bagi masyarakat sekitar?

GEREJA YANG HIDUP ADALAH HARAPAN SATU SATUNYA BAGI DUNIA YANG SEKARAT

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Arie Saptaji

Kamis, 07 Oktober 2010

Keluarga Jemaat Lokal

Efesus 2:11-22

2:11 Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu--sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --

2:12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

2:13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.

2:14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,

2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,

2:16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

2:17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",

2:18 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.

2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,

2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.

2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Bacaan FT: Efesus 2:11-22

Ayat Mas: Efesus 2:19, FAYH

Seorang bayi tentunya membutuhkan sebuah keluarga yang akan merawat dan memperhatikannya secara intensif. Demikian pula dengan bayi rohani, ia memerlukan keluarga rohani yang akan membantu dan mendorongnya untuk hidup dekat dengan Kristus.

Allah tidak ingin anak-anak-Nya hidup terpisah satu sama lain, maka Dia menciptakan keluarga rohani di dunia ini bagi orang-orang percaya.

Paulus menjelaskan kepada jemaat di Efesus bahwa mereka adalah warga dari Kerajaan Allah yang bersifat universal, tetapi selain itu juga merupakan anggota dari keluarga Allah atau jemaat yang bersifat lokal.

John R.W. Stott menggarisbawahi dinamika ini, “Kehidupan kristiani bukan sebuah perkara yang pribadi.
Kalau kita telah dilahirkan kembali ke dalam keluarga Allah, bukan hanya Dia menjadi Bapa kita, tetapi setiap orang percaya lain di dunia, dari negara atau denominasi mana pun, menjadi saudara seiman kita di dalam Kristus ….
Tetapi, tidak tepat kalau kita beranggapan bahwa menjadi anggota Gereja Kristus yang universal saja sudah cukup; kita harus menjadi anggota dari salah satu cabangnya di suatu tempat tertentu .
Tempat setiap orang kristiani adalah di dalam sebuah jemaat lokal; mengambil bagian dalam ibadah, persekutuan, dan kesaksiannya.”

Keanggotaan dan keterlibatan di dalam suatu jemaat lokal, dengan demikian, merupakan bagian vital dari pertumbuhan rohani setiap orang percaya. Tidak ada orang percaya yang dapat menjadi jagoan tunggal.

Ia memerlukan dukungan saudara seiman yang lain untuk bertumbuh menjadi dewasa dan untuk bersama-sama melayani.

JANGAN MENJADI PENONTON DI GEREJA
TETAPI JADILAH PESERTA YANG TERLIBAT AKTIF DALAM PELAYANAN

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Arie Saptaji