Minggu, 09 Mei 2010

Anak Hilang

Lukas 15:11-32

15:11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat.
15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.
15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

Bacaan FT : Lukas 15:11-32

Ayat Mas : Lukas 15: 24

Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku,” begitu protes si sulung kepada ayahnya.

“Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.”

Cerita si anak yang hilang adalah salah satu kisah sangat terkenal dari Alkitab. Biasanya yang menjadi fokus adalah si bungsu. Ia menuntut harta warisan bagiannya, pergi dari rumahnya, menghamburkan harta miliknya, jatuh miskin, menyadari dan menyesali perbuatannya, lalu kembali ke rumah ayahnya.

Itu adalah gambaran yang dekat dengan kita - kita terjerumus ke dalam dosa, lalu bertobat, dan mendapat pengasihan Bapa Surgawi. Namun, sebetulnya sosok si sulung pun tidak kurang jauh dari gambaran kita. Bahkan, mungkin kita lebih kerap seperti itu.

Kita memang tidak sampai “terhilang”; kita tetap ke gereja, aktif dalam pelayanan, pendeknya kita adalah orang baik-baik, tidak pernah terjerumus dalam “kemabukan duniawi”.

Tetapi, kita hidup dalam ketidaktulusan. Kita melakukan semua kebaikan itu dengan pamrih memperoleh “upah”. Itulah sebabnya ketika ada “pendosa” yang bertobat dan kemudian mendapat pengasihan Tuhan, kita protes tidak bisa terima. Sebab kita merasa lebih layak, lebih baik.
Diam-diam kita telah menjadi hakim atas sesama kita. Maka, entah kita sebagai si bungsu atau si sulung, kita ini tetap si anak hilang. Tidakkah kita rindu kembali kepada Bapa?

Menjadi seperti si bungsu atau si sulung: sama buruknya

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Ayub Yahya


Kamis, 06 Mei 2010

Membuang Makanan

Keluaran 16:13-24

16:13 Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu.
16:14 Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.
16:15 Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: "Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu.
16:16 Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa."
16:17 Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada yang banyak, ada yang sedikit.
16:18 Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya.
16:19 Musa berkata kepada mereka: "Seorangpun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi."
16:20 Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka.
16:21 Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; tetapi ketika matahari panas, cairlah itu.
16:22 Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya kepada Musa.
16:23 Lalu berkatalah Musa kepada mereka: "Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi."
16:24 Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya.

Bacaan FT : Keluaran 16:13-24

Ayat Mas : Keluaran 16:16

Dalam sebuah berita yang dirilis oleh BBC, stasiun berita di Inggris, Mei 2008 lalu, setiap tahun sekitar 3,6 juta ton makanan dibuang di Inggris dan Wales. Data ini mencengangkan. Apalagi jika ditambah data serupa dari berbagai negara, maka jumlah makanan yang dibuang di seluruh dunia tentu sangat besar.

Data ini sangat mengenaskan, mengingat di tengah begitu banyak makanan yang terbuang itu, masih ada begitu banyak manusia yang hidup dalam kelaparan. Dalam perjalanan ke Kanaan, Tuhan pernah memberi pelajaran bagi bangsa Israel tentang mengelola jumlah makanan.

Setiap hari Tuhan mengirimkan manna dan bangsa Israel diperintahkan untuk mengambil secukupnya. Tidak boleh sampai berlebihan, sehingga harus menyimpannya. Tidak boleh juga kurang, sehingga keluarga mereka masih kelaparan. Namun, sebagian orang, dalam keserakahannya, tidak menuruti perintah Tuhan.

Mereka mengambil lebih banyak, hingga akhirnya membuang makanan itu (ayat 20). Musa pun marah kepada mereka ini.

Andai perintah Tuhan untuk menikmati makanan secukupnya ini dipatuhi seluruh umat manusia, bukankah jumlah orang kelaparan di dunia akan berkurang? Sebab makanan berlebih yang ternyata mampu kita beli, bisa disalurkan pada yang berkekurangan. Ide ini bisa terwujud jika kita memulainya.

Caranya dengan menakar kebutuhan kita dan makan secukupnya. Tak berlebihan, sehingga tidak sampai membuang-buang makanan. Diiringi kemauan untuk berbagi dengan sesama.

Alangkah indahnya jika di dunia ini, yang lebih mau mencukupkan yang kurang, sehingga ada keseimbangan (2 Korintus 8:13-15).

JADILAH BIJAK LEWAT HAL KECIL, BAHKAN LEWAT SETIAP SUAP MAKANAN YANG KITA HARGAI

Damai dari Tuhan Yesus menyertaimu .

Penulis: Alison Subiantoro

Minggu, 02 Mei 2010

Kelelahan

Keluaran 18:13-23

18:13 Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang.

18:14 Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?"

18:15 Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah.

18:16 Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah."

18:17 Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu.

18:18 Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.

18:19 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
18:20 Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan.

18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.

18:22 Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya.

18:23 Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya."

Bacaan FT : Keluaran 18:13-23

Ayat Mas : Keluaran 18:17,18

Anda lelah, tetapi tugas masih menumpuk? Kini tersedia banyak produk minuman yang dipercaya bisa memberi tenaga ekstra. Kafein di dalamnya memacu pikiran menjadi lebih aktif dan bersemangat. Namun, obat kuat itu sebenarnya tidak mengusir kelelahan. Ia hanya menundanya! Tubuh Anda tidak bisa dipaksa bekerja di luar batas. Kelelahan adalah tanda bahwa tubuh sudah mencapai beban puncak. Yang Anda perlukan hanyalah istirahat. Ketika Yitro mengunjungi Musa, dilihatnya sang menantu sangat kelelahan. Sepanjang hari Musa mendengar dan menyelesaikan perkara seluruh umat sendirian. Satu per satu. Bayangkan: satu orang melayani ratusan ribu, bahkan jutaan orang! Musa kekurangan waktu istirahat. Dengan memaksa diri bekerja saat tubuh lelah, produktivitasnya pasti menurun.

Umat pun tidak bisa terlayani dengan baik. Maka, Yitro mengusulkan agar Musa membentuk tim kerja. Dengan belajar percaya kepada orang lain dan membagi-bagi tugas, Musa tak perlu sendirian bekerja sampai di luar batas. Yitro yakin, Tuhan tak pernah memberi tugas kepada seseorang di luar kesanggupannya. Orang yang bekerja mati-matian tanpa kenal istirahat sering dianggap orang yang tekun dan penuh dedikasi. Ini keliru. Menolak untuk beristirahat itu tidak berhikmat. Tidak menghargai bagaimana Allah merancang tubuh kita. Betapa sering kualitas kerja malah menjadi melorot atau emosi menjadi labil saat kita kelelahan. Lalu, kita jadi cepat marah! Jika beban kerja Anda berlebihan, kurangilah atau minta bantuan orang lain mengerjakannya. Jangan memaksakan diri!

BEKERJA DI LUAR BATAS KEMAMPUAN JELAS BUKANLAH KEHENDAK TUHAN

Damai dari Tuhan Yesu menyertaimu .

Penulis: Juswantori Ichwan